Selasa, 06 Desember 2011

LARI SPRINT

 Pengertian Lari sprint
Lari cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400 meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. Kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah ‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi. Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) Start, (B) gerakan lari cepat, (C) Gerakan finish.
Teknik merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara
yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga (Thomson Peter J.L, 1993; 115). Menurut suharno (1983) yang dikutip Djoko Pekik Irianto (2002; 80) teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga. Teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan.
Jonath, Haag & Kremple (1987:20) menjelaskan bahwa kecepatan merupakan hasil kerja suatu massa. Di dalam dasar gerakan manusia, massa adalah tubuh atau salah satu anggota tubuh. Tenaga merupakan kekuatan otot yang digunakan seseorang menurut massa yang bergerak. Secara fisik, kecepatan didefinisikan sebagai jarak persatuan waktu. Sedangkan secara fisiologis, kecepatan diartikan sebagai kemampuan gerak, sistem proses syaraf atau perangkat otot untuk melakukan gerakan dalam satuan waktu tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat didefinisikan bahwa lari cepat adalah kemampuan tubuh untuk bergerak maju dengan kecepatan penuh.
a. Kecepatan Lari 100 Meter
Secara umum kecepatan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kecepatan umum dan kecepatan khusus (Bompa, 1983:249), adapun sebagai berikut:
1) Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan beberapa macam gerakan reaksi (reaksi motoric) dengan cara cepat. Persiapan fisik secara umum maupun khusus dapat diperbaiki kecepatan umum.
2) Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau ketrampilan pada kecepatan tertentu, biasanya sangat tinggi. Kecepatan khusus adalah khusus untuk tiap cabang olahraga dan sebagian tidak dapat ditranferkan. Kecepatan khusus hanya mungkin dikembangkan melalui metode khusus, namun demikian perlu dicarikan bentuk latihan alternatifnya. Seseorang tidak boleh berharap akan terjadi transfer yang positif, kecuali jika memperbaiki struktur gerakan yang mirip dengan pola keterampilanya.
Kecepatan menurut Jonath, Haag & Kremple (1987:20), kecepatan dilihat dari pembagian gerakan kecepatan dapat dibedakan menjadi 3 macam antara lain:
1) Kecepatan Siklis adalah produk yang dihitung dari frekuensi gerak (misalnya frekuensi langkah amplitude gerak, contohnya panjang langkah). Apabila gerkan siklis mulai dengan kecepatan 0 (nol) pada pembagian isyarat mulai, dan jika waktunya dihitung dari pembagian isyarat-isyarat misalnya pada lari cepat jarak pendek, maka dapat dibedakan faktor-faktor sebagai berikut: waktu reaksi (start), percepatan gerak pada meter-meter pertama, kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal, maupun stamina kecepatan.
2) Kecepatan Asiklis, kecepatan ini dibatasi oleh faktor yang mengenai kecepatan gerak masing-masing otot dan yang terletak dalam otot. Terutama tenaga statis ini dan kecepatan kontraksi yang menentukan cepatnya gerak. Kedua faktor tersebut selanjutnya tergantung pada viskositas dan tonus otot. Selain itu juga faktor-faktor luar memegang peranan, kerja antagonis otot dan pemelarannya sehubungan dengan itu, pangkal dan permulaan lagi otot tuas maupun massa yang digerakan (perbandingan beban-tenaga). Faktor-faktor yang membatasi prestasi adalah tenaga dinamis (gaya cepat) ukuran antropometri (perbandingan badan-tuas) dan massa (perbandingan beban-tenaga)
3) Kecepatan Dasar sebagai kecepatan maksimal yang dicapai dalam gerak siklis adalah produk maksimal yang dapat dicapai dari frekuensi gerakan amplitudo gerak. Ini tidak dapat dibedakan menurut kecepatan gerak maju dan kecepatan gerak. Maksimum kecepatan dasar pada wanita dicapai pada usia antara 17 dan 22 tahun, pada pria antara 19 dan 23 tahun. Faktor-faktor yang membatasi adalah: tenaga, vikositas, otot, kcepatan kontrasi, ukuran antropometris, koordinasi, stamina dan waktu reaksi pada permulaan lari (start).


b. Teknik Lari Cepat 100 Meter
Kecepatan lari cepat 100 meter dapat ditingkatkan melalui peningkatan efesiensi dalam penggunaan teknik yang ada. Penggunaan teknik yang baik dapat meningkatkan efesiensi gerakan sehingga kecepatan lari 100 meter dapat meningkat. Gerakan lari jarak pendek (sprint) merupakan gerakan mengais (pawing movement). Badan bergerak maju akibat dari gaya dorong ke belakang terhadap tanah. Gaya maju ini dan efisiensi penggunaannya merupakan kunci kecepatan yang dapat dikembangkan oleh pelari. Ada tiga teknik dasar dalam lari jarak pendek (sprint), yaitu:


1) Teknik Start
Start merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam lari cepat. Pelari harus dapat melakuakn start dengan reaksi cepat. Untuk itu pelari harus menggunakan teknik start yang efesien selain itu unsur yang tidak kalah penting dalam lari yaitu teknik gerakan lari cepat. Faktor utama yang menentukan kecepatan lari adalah panjang langkah dan frekuensi langkah. Pelari dapat mencapai prestasi jika frekuensi langkah larinya bertambah cepat dan panjang. Agar frekuensi langkahnya bertambah cepat, maka titik berat badan jatuh di depan telapak kaki, sehingga menimbulkan reaksi yang lebih cepat untuk bergerak ke depan.
Pada aba-aba starter “diatas sasaran,” atlet bergerak kedepan dan mengambil posisi dengan tangan tepat dibelakang garis start, kaki diatas blok start, dan lutut kaki belakang bersandar di tanah (Gambar 2.3). Pada aba-aba “siap”, atlet mengangkat lutut kaki belakang dari tanah, kemudian menaikkan pinggul dan menggeser pusat gravitasi kedepan (Gambar 2.3 [b]). Terakhir, ketika senjata ditembakkan, atlet mengangkat tangan dari lintasan, mengayunkan tangan dengan giat (satu kedepan dan satu kebelakang), dan dengan juluran kedua kaki yang kuat mendorong tubuh kedepan menjauh dari blok dan menuju langkah lari yang pertama (Gambar 2.3 [c] sampai [e]).

Gambar 2.3
Teknik Start Lari Sprint (Hay, 1993:403)
Ada tiga jenis pokok start yaitu, bunch start, medium start, dan long start. Perbedaan ketiga jenis tersebut terletak pada jarak longitudinal antar kaki yaitu, pada jarak antara ujung jari salah satu kaki dengan ujung jari kaki yang lain, seperti yang diukur pada arah lari. Pada bunch start, ujung jari kaki belakang diletakkan hampir sejajar dengan tumit kaki depan. Jarak antara ujung ke ujung jari adalah pada urutan 25-30. Pada medium start, lutut kaki belakang diletakkan sehingga berlawanan satu titik didepan bagian depan kaki depan saat atlet berada pada posisi “diatas tanda anda”. Penempatan semacam itu menghasilkan jarak dari ujung jari ke ujung jari antara 40 cm dan 55 cm. Long start yang jarang digunakan, lutut kaki belakang diletakkan sejajar dengan atau sedikit dibelakang tumit kaki depan, pada posisi “diatas tanda anda”. Jarak dari ujung ke ujung yang dihasilkan berada pada urutan 60-70 cm (Hay, 1993:403).
Tiap-tiap teknik start tersebut memiliki perbedaan, yang membedakan antara ketiga teknik tersebut adalah jarak antara posisi telapak kaki depan dengan belakang. Menurut Jonath, Haag & Krempel (1989:45) jarak antara posisi posisi tumit ke tumit adalah sebagai berikut, (a) pendek: 14-28 cm, (b) sedang: 35-42 cm, (c) panjang: 50-70 cm. Penggunaan teknik start jongkok dalam lari cepat dapat disesuaikan dengan postur tubuh dan panjang tungkai pelari. Pada setiap perlombaan lari cepat, untuk start biasanya digunakan start block. Pelari tinggal mengatur jarak antara block depan dengan belakang sesuai dengan teknik start jongkok mana yang akan digunakan.
2) Teknik Lari Cepat (Sprinting)
Gerakan dasar sprinting sangat penting bukan hanya dalam lintasan dan lapangan melainkan juga dalam beberapa olahraga lainnya. Walaupun kesuksesan dalam sprinting jelas tergantung kepada kemampuan seorang atlet untuk memadukan gerakan kaki, lengan, batang tubuh dan sebagainya, kedalam suatu keseluruhan yang terkoordinir secara lancar. Gerakan setiap anggota badan dalam lari 100 meter.
(a) Gerakan kaki.
Gerakan kaki saat lari adalah berulang-ulang (siklus). Setiap kaki secara bergiliran mendarat di tanah, lewat dibawah dan dibelakang tubuh, dan kemudian meninggalkan tanah untuk bergerak kedepan lagi siap untuk pendaratan berikutnya. Siklus ini dapat dibagi menjadi:
- Fase topangan yang dimulai saat kaki mendarat dan berakhir ketika pusat gravitasi atlet lewat didepannya.
- Fase gerakan yang dimulai ketika fase topangan berakhir dan berakhir saat kaki meninggalkan tanah.
- Fase pemulihan dimana kaki menjauh dari tanah dan dibawah kedepan mempersiapkan untuk pendaratan berikutnya (Hay, 1993:406).

(b) Lengan.
Fase gerakan kaki seorang atlet, pinggul diputar kebelakang dan kedepan pada sebuah bidang horizontal. Ketika lutut kiri dibawa kedepan dan keatas pada fase pemulihan dalam siklus kaki kiri, maka pinggul (yang dilihat dari atas) berputar searah jarum jam. Batas putaran arah jarum jam dicapai ketika lutut mencapai titik tertingginya didepan tubuh. Selanjutnya, ketika kaki kiri diturunkan kearah lintasan dan kaki kanan memulai gerakannya kedepan dan keatas, maka pinggul mulai berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Batas putaran pinggul yang berlawanan dengan jarum jam dicapai ketika lutut kanan mencapai titik tertingginya didepan tubuh.
Gerakan putaran pinggul menimbulkan reaksi berlawanan pada tubuh bagian atas atlet, karena, ketika lutut kiri atlet mengayun kedepan dan keatas, lengan kanan mengayun kedepan dan keatas dan lengan kiri kebelakang dan keatas untuk mengimbangi gerakan kaki ini. Selanjutnya, ketika kaki kiri diturunkan, dan kaki kanan mulai bergerak kedepan, gerakan lengan dibalik. Walaupun bahu juga dapat diputar untuk mengimbangi gerakan pinggul, putaran semacam itu harus relatif lambat. Untuk menghindari komplikasi yang mungkin diperkenalkan oleh kelambatan ini, sprinter yang baik menggunakan sebuah gerakan lengan dari jangkauan dan kekuatan tersebut sehingga tidak dibutuhkan kontribusi dari bahu untuk mencapai kesetaraan (keseimbangan) yang diperlukan antara gerakan pinggul dengan reaksi tubuh atas.
Pada gerakan lengan ini, lengan dijulurkan ke sudut kanan pada siku dan diayunkan kebelakang dan kedepan dan sedikit kedalam disekitar sumbu melalui bahu. Pada batas ayunan kedepan tangan berada setinggi bahu dan pada batas belakang sejajar dengan atau sedikit dibelakang pinggul (Hay, 1993:410)

(c) Tubuh
Pada fase topangan dan gerakan, atlet mengerahkan gaya vertikal dan horizontal terhadap tanah. Reaksi yang sama dan berlawanan yang ditimbulkan cenderung mempercepat atlet pada arah dimana mereka bergerak dan, apabila mereka tidak bergerak melalui pusat gravitasi, untuk mempercepat dirinya dengan sudut, dapat dilihat pada gambar-2.4.

Gambar 2.4
Kemiringan Tubuh Pelari (Hay, 1993:411)
Melakukan penyesuaian yang tepat pada kemiringan tubuh dan memodifikasi momen-momen yang terlibat, sprinter yang baik mengontrol putaran tubuh disekitar sumbu transversal (melintang). Ketika sprinter bergerak kedepan dan kebelakang kearah blok start, maka komponen horizontal dari gaya reaksi tanah sangat besar. Untuk mencegah efek putaran kebelakang dari gaya yang menjadi sangat dominan ini, sprinter miring kedepan, yang menjaga lengan reaksi horizontal tetap kecil dan lengan reaksi vertikal tetap besar. Pada langkah-langkah yang berurutan, kecepatan kedepan sprinter yang lebih besar membuatnya semakin sulit untuk mengerahkan gaya horizontal dengan ukuran yang sama seperti pada permulaan. Untuk mencegah kecenderungan putaran kedepan pada reaksi vertikal yang menjadi dominan dan mungkin menyebabkan sebuah sandungan, atlet mengangkat tubuh ketika gaya horizontal berkurang ukurannya.
Pada saat sprinter telah mencapai kecepatan tertinggi, maka gaya horizontal yang dikerahkan terhadap tanah telah berkurang pada titik dimana efek akselerasi yang dihasilkan hanya cukup untuk mengimbangi efek perlambatan dari resistensi udara. Kecenderungan putaran kebelakang dari kedua gaya tersebut juga telah berkurang dan kebutuhan akan kemiringan tubuh kedepan tidak ada lagi. Akan tetapi, masih ada suatu kebutuhan untuk melawan kecenderungan resistensi udara dan reaksi horizontal putaran kebelakang yang kecil. Jika hal ini tidak dilakukan, maka tubuh pada akhirnya akan berputar kepada posisi dimana atlet tidak dapat menerapkan gaya horizontal terhadap tanah yang diperlukan untuk mempertahankan kecepatan (Hay, 1993:412).

3) Teknik Finish
Unsur lari cepat yang tidak kalah pentingnya dengan teknik start dan teknik lari (gerakan sprint) adalah masuk finish. Keberhasilan memasuki garis finish sangat menentukan terhadap pencapaian prestasi dalam lari cepat. Hal ini terutama nampak pula saat terjadi persaingan yang sangat ketat, dimana dua orang pelari atau lebih memasuki garis finish dengan waktu yang bersamaan, maka yang lebih berpeluang menjadi juara tentunya adalah pelari yang lebih menguasai teknik memasuki garis finish.
Pada perlombaan lari penentuan kedatangan di garis finish berpedoman pada posisi batang tubuh bagian atas yaitu bahu atau dada. Saat memasuki garis finish pelari harus berusaha membawa togok (tubuh) yaitu bahu atau dada secepat mungkin untuk menyentuh pita finish, dengan cara merebahkan badan atau memutar bahu ke depan dalam. Menurut Soegito, Bambang W. & Ismaryati (1993:101) dalam lari jarak pendek (sprint) dikenal 3 teknik melewati garis finish yaitu:
(1) Berlari terus secepat mungkin, kalau mungkin bahkan menambah kecepatan seakan-akan garis finish masih 10 meter di belakang garis finish yang sesungguhnya.
(2) Setelah sampai ±1 meter di depan garis finish merebahkan badan kedepan seperti orang jatuh tersungkur tanpa mengurangi kecepatan.
(3) Setelah sampai digaris finish memutar bahu kanan atau kiri tanpa mengurangi kecepatan
Lari jarak pendek menuntut pengerahan kemampuan kekuatan dan kecepatan maksimal guna menempuh jarak dalam waktu sesingkat mungkin oleh karena itu, atlet harus memiliki start yang baik, mampu menambah kecepatan dan mempertahankan kecepatan maksimal untuk jarak yang tersisa. Lari jarak pendek membutuhkan reaksi yang cepat, akselarasi yang baik dan teknik yang efisien.
Keberhasilan pelari cepat 100 meter, terletak pada penggunaan tenaga maksimal untuk mendorong tubuh ke depan, tinggi lutut, dan penempatan kaki tepat di bawah titik berat tubuh. Kecepatan pelari jarak pendek, tergantung pada kemampuan atlet untuk mengkombinasikan gerakan langkah kaki, lengan atas, lengan bawah, telapak tangan, badan, dan lain-lain dalam satu kesatuan koordinasi.




sumber :
http://wengayo.blogspot.com,
file.upi.edu,
www.koni.or.id/

Minggu, 06 November 2011

OLAH RAGA & KESEHATAN

A. Latar belakang masalah
Olahraga menyehatkan! Inilah ungkapan masyarakat. Masyarakat meyakini benar manfaat olahraga bagi kesehatan. Tetapi bagaimana olahraga dapat menyehatkan dan berapa berat orang harus melakukan olahraga untuk menjadi lebih sehat? Inilah masalah yang perlu diperjelas bagaimana tata-hubungan antara olahraga dengan kesehatan, bagaimana cara melakukan olahraga untuk kesehatan dan berapa berat olahraga harus dilakukan agar orang menjadi lebih sehat. Perlu diketahui bahwa pada awal abad 21 usia harapan hidup diperkirakan mencapai 70 tahun. Hal ini akan meningkatkan jumlah orang usia lanjut, yang diperkirakan pada tahun 2005  mencapai jumlah 19 juta orang atau 8,5% dari penduduk (Dep.Sosial RI.,1996: 1 dan 6).

Kondisi Pemahaman Olahraga saat ini.
  • Waktu : Olahraga masih banyak diartikan sebagai kegiatan yang memerlukan banyak waktu, sehingga orang-orang yang sangat sibuk akan menganggap kegiatan olahraga sebagai membuang-buang waktu.
  • Olahraga masih banyak diartikan sebagai olahraga kecabangan dan dikaitkan dengan sarana dan prasarana yang mahal, sehingga menyebabkan pelaksanaannya mengalami banyak hambatan.
  • Olahraga Kesehatan : masih banyak yang belum memahami arti, manfaat dan tata-laksananya, sehingga masih lebih banyak orang yang memilih olahraga permainan kecabangan yang dampak risikon.
Mengapa perlu Olahraga?
Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak dan apa guna hidup bila tak mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu : Bergeraklah untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup.
            Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, gerak (Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-menerus; artinya Olahraga sebagai alat untuk mempertahankan hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Seperti halnya makan, olahragapun hanya akan dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kesehatan pada mereka yang melakukan kegiatan olahraga. Bila orang hanya menonton olahraga, maka sama halnya dengan orang yang hanya menonton orang makan, artinya ia tidak akan dapat merasakan nikmatnya berolahraga dan tidak akan dapat memperoleh manfaat dari olahraga bagi kesehatannya.

Olahraga – Gerak :
  • Gerak adalah ciri kehidupan.
  • Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup.
  • Meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup.
  • Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak, yang berarti meningkatkan kualitas hidup.
  • Olahraga merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial menuju sejahtera paripurna.
  • Hanya orang yang mau bergerak-berolahraga yang akan mendapatkan manfaat dari Olahraga.

Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat). olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkem-bangan fungsional jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul khususnya pada generasi muda yang aktif mengikuti kegiatan Olahraga dari pada yang tidak aktif mengikutinya (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson: Children in Sport dalam Bloomfield,J., Fricker, P.A. and Fitch,K.D., 1992). Penulis meyakini benar bahwa hal demikian juga berlaku bagi para lansia yang aktif dalam olahraga.

Olahraga Yang Baik Dan Benar:
1.            Olahraga dapat dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut.
2.            Dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan yang mana dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera. Misalnya : dirumah, tempat kerja, dan dilapangan.
3.            Olahraga hendaknya dilakukan secara bervariasi, berganti-ganit jenisnya supaya tidak monoton.
4.            Dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan 5 – 10 menit, diikuti dengan latihan inti minimal 20 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 5 – 10 menit.
5.            Frekuensi latihan dilakukan secara teratur 3 – 5 kali per minggu.
Intensitas latihan
  • Untuk meningkatkan daya tahan tubuh harus mencapai 70% – 85% denyut nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang dihitung berdasarkan : DNM = 220 – UMUR
  • Untuk membakar lemak dengan intensitas yang lebih ringan yaitu 60 – 70 % DNM.
Contoh :
Orang dengan usia 40 tahun akan mempunyai:
DNM = 220 – 40 = 180.
Untuk membakar lemak orang tersebut harus berolahraga dengan denyut nadi mencapai :
60% x 180 = 108 s/d 70% x 180 = 126.
  1. Waktu. Mulai semampunya, ditambah secara perlahan-lahan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh (endurence) perlu waktu antara 1/2 – 1 jam, untuk membakar lemak perlu waktu lebih lama (lebih dari satu jam).
  2. Yang Perlu Diperhatikan Setelah Berolahraga :
a.       Jangan langsung makan kenyang setelah berolahraga, makanlah makanan lunak/cairan seperti bubur kacang hijau.
b.      Minumlah secukupnya bila banyak berkeringat dan jangan langsung mandi.
c.       Gantilah pakaian olahraga yang digunakan bila terlalu basah.
3        Yang Tidak Dianjurkan Berolahraga :
a.   Bila sedang demam.
b.  Untuk olahraga jalan bila terdapat varises pada kaki dan pada, nyeri pada sendi    terutama pada lutut.
c.   Penyakit-penyakit :
·Tekanan darah tinggi tidak terkontrol.
·Kencing manis tidak terkontrol.
·Kelainan katup jantung.
Walaupun inaktivitas (ketiadaan gerak/olahraga) hanya merupakan faktor risiko minor bagi kejadian penyakit kardio-vaskular, tetapi meniadakan faktor ini dengan melakukan aktivitas fisik (olahraga kesehatan) menghasilikan manfaat yang sangat besar karena olahraga kesehatan:
  • Merupakan upaya pencegahan dan rehabilitasi yang sangat fisiologis, mudah, murah, meriah dan massaal;
  • Dapat memperkecil pengaruh faktor-faktor risiko lain termasuk dua faktor risiko utamanya (kecuali merokok), dibandingkan dengan bila orang itu tidak melakukan olahraga kesehatan (Or-Kes),
  • Dapat menjangkau aspek rokhani dan aspek sosial untuk menuju derajat sehat yang lebih tinggi sesuai batasan sehat WHO.
Olahraga Kesehatan sebagai sarana pencegahan dan rehabilitasi perlu difahami secara mendalam oleh karena manfaat dan keamanannya berhubungan erat dengan intensitas pelaksanaan.

Kaitan kesehatan dengan olahraga
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi

"Kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak
hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Kenikmatan tertinggi dari
standar kesehatan adalah salah satu hak dasar setiap manusia tanpa
perbedaan ras, agama, keyakinan politik, kondisi ekonomi atau sosial ".
( Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia WHO,1946 ).

Pembangunan manusia yang sehat adalah dasar yang diperlukan untuk semua kemajuan pembangunan.
Tanpa
populasi sehat,pencapaian tujuan pembangunan akan di luar jangkauan. Kesehatan yang baikadalah dasar kemampuan individu untuk menyadari mereka penuh manusia yang potensial. Inijug amerupakan aset ekonomi sangat penting.tingka trendah kesehatan menghalangi kemampuan orang untuk bekerja dan mencari nafkah untuk diri mereka sendiri dan mereka keluarga. Ketika seseorang menjadi sakit, seluruh keluarga dapat menjadi terperangkap dibawah spiral pendapatan yang hilang dan tinggi kesehatan. Pada skala nasional,penduduk miskin kesehatan mengurangi produktivitas dan menghambat pertumbuhan ekonomi, sementara investasi di hasil kesehatan yang lebih baik umumnya dipandang sebagai investasi dalam pertumbuhan ekonomi.

Olahraga Kesehatan
Olahraga Kesehatan adalah Olahraga untuk memelihara dan/ atau untuk meningkatkan derajat Kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (Sehat statis) tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas dalam peri kehidupannya sehari-hari (Sehat dinamis) yang bersifat rutin, maupun untuk keperluan rekreasi dan/ataumengatasikeadaangawat-darurat.
Olahraga Kesehatan meningkatkan derajat Sehat Dinamis (Sehat dalam gerak), pasti juga Sehat Statis (Sehat dikala diam), tetapi tidak pasti sebaliknya. Gemar berolahraga : mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat ! Malas berolahraga : mengundang penyakit. Tidak berolahraga : menelantarkan diri!
Kesibukan, keasyikan dan kehausan dalam kehidupan “Duniawi”, sering menyebabkan orang menjadi kurang gerak, disertai stress yang dapat mengundang berbagai penyakit non-infeksi (penyakit bukan oleh karena infeksi), di antaranya yang terpenting adalah penyakit jantung-pembuluh darah (penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan stroke). Hal ini banyak dijumpai pada kelompok usia madya, tua dan lanjut, khususnya yang tidak melakukan Olahraga dan/ atau tidak menjalankan pola hidup sehat. Olahraga adalah kebutuhan hidup bagi orang yang mau berpikir. Bukan Allah menganiaya manusia, tetapi manusia menganiaya dirinya sendiri ! Bila olahraga sudah menjadi kebutuhan, maka mereka akan merasa rugi manakala tidak dapat melakukan Olahraga, misalnya karena hujan.
B. Konsep Kesehatan Olahraga
Dapat dikatakan konsepnya seperti; Padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), adekuat, massaal, mudah, murah, meriah dan fisiologis (bermanfaat dan aman)! Massaal : Ajang silaturahim, ajang pencerahan stress, ajang komunikasi sosial! Jadi Olahraga Kesehatan membuat manusia menjadi sehat Jasmani, Rohani dan Sosial yaitu Sehat seutuhnya sesuai konsep Sehat WHO! Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10-30 menit tanpa henti) dan cukup dalam intensitas. Dalam hal olahraganya berbentuk berjalan, maka intensitas berjalannya hendaknya seperti orang yang berjalan tergesa-gesa, tetapi tentu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Menurut Cooper (1994), intensitas Olahraga Kesehatan yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80% DNM sesuai umur (Denyut Nadi Maximal sesuai umur = 220-umurdalamtahun).Sehat Dinamis hanya dapat diperoleh bila ada kemauan mendinamiskan diri sendiri khususnya melalui kegiatan Olahraga (Kesehatan). Intensitasnya sedang, setingkat di atas intensitas aktivitas fisik untuk menjalani kehidupan sehari-hari, harus dilakukan dengan santai dan tanpa beban-beban emosional.
  • Tujuan: Meningkatkan derajat kesehatan dinamis yaitu sehat dengan kemampuan gerak yang dapat memenuhi kebutuhan gerak kehidupan sehari-hari (kemandirian dalam peri kehidupan bio-psiko-sosiologik), bukan untuk tujuan prestasi.
  • Bersifat padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), efisien, adekuat, mudah, murah, meriah, massaal, fisiologis (bermanfaat & aman).
Olahraga kesehatan dapat dilaksanakan secara massaal misalnya : jalan cepat atau lari lambat (jogging), senam aerobik, senam pernafasan dan olahraga-olahraga massaal lain yang sejenis. Senam aerobik sangat baik oleh karena dapat menjangkau seluruh sendi dan otot-otot tubuh, di samping juga merangsang otak untuk berpikir, karena Peserta harus memperhatikan dan segera menirukan gerak instruktur yang selalu berubah tanpa pola, sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat dihafalkan! Bila Peserta sudah hafal, maka rangsangan terhadap proses berpikirmenjadiberkurang.

             Olahraga Kesehatan memang dapat dilakukan sendiri-sendiri, akan tetapi akan lebih menarik, semarak serta menggembirakan (aspek Rohaniah) apabila dilakukan secara berkelompok. Berkelompok merupakan rangsangan dan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan Sosial, oleh karena masing-masing individu akan bertemu dengan sesamanya, sedangkan suasana lapangan pada Olahraga (Kesehatan) akan sangat mencairkan kekakuan yang disebabkan oleh adanya perbedaan status intelektual dan sosial-ekonomi para Pelakunya. Dampak psikologis yang sangat positif dengan diterapkannya Olahraga Kesehatan adalah rasa kesetaraan dan kebersamaan di antara sesama Pelaku, oleh karena mereka semua merasa dapat dan mampu melakukan Olahraga Kesehatan dengan baik secara bersama-sama.

Sehat dan Kesehatan.
  • Sehat merupakan nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat dan dasar bagi segala kemampuan, karena itu perlu selalu disyukuri.
  • Memelihara dan meningkatkan kesehatan hakekatnya adalah mensyukuri nikmat sehat karunia Allah : cara terpenting, termurah dan fungsional (fisiologis) adalah Olahraga Kesehatan.
  • Acuan Sehat adalah Sehat Paripurna dari Organisasi Kesehatan Dunia yaitu Sejahtera Jasmani, Rohani dan Sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan.
Olahraga Kesehatan :
  • Intensitasnya sedang, setingkat di atas intensitas aktivitas fisik untuk menjalani kehidupan sehari-hari, harus dilakukan dengan santai dan tanpa beban-beban emosional.
  • Tujuan: Meningkatkan derajat kesehatan dinamis yaitu sehat dengan kemampuan gerak yang dapat memenuhi kebutuhan gerak kehidupan sehari-hari (kemandirian dalam peri kehidupan bio-psiko-sosiologik), bukan untuk tujuan prestasi.
  • Bersifat padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), efisien, adekuat, mudah, murah, meriah, massaal, fisiologis (bermanfaat & aman).
  • Massaal : – Ajang silaturahim ( Sejahtera Rohani dan Sosial
    – Ajang pencerahan stress ( Sejahtera Rohani
    – Ajang komunikasi sosial ( Sejahtera Sosial
    Ketiga hal diatas merupakan pendukung untuk menuju Sehatnya WHO yaitu Sejahtera Paripurna.

A. Kesimpulan
Yang sangat perlu difahami adalah bahwa olahraga berat dapat menjadi pemicu terjadinya episode klinis yang dapat berwujud sebagai serangan jantung atau stroke yang mematikan, namun hal itu hanya mungkin terjadi pada orang-orang yang telah mengalami penyempitan pembuluh darah yang telah mencapai stadium kritis. Yang juga sangat perlu pula difahami adalah bahwa apakah seseorang telah masuk pada olahraga berat atau belum, bersifat sangat individual, dan hal demikian umumnya terjadi pada cabang-cabang olahraga permainan misalnya tennis dan bulutangkis, karena pada cabang-cabang olahraga demikian sangat mungkin terjadi pembangkitan emosi (emotional arousal) yang tidak terkendali yaitu apabila seseorang ingin memenangkan permainan itu, apa lagi bila disertai taruhan walaupun hanya taruhan semangkok bakso ! Oleh karena itu Olahrga Kesehatan merupakan bentuk olahraga yang paling aman bagi pembinaan kesehatan.
httpwww.righttoplay.comInternationalnews-and-mediaDocumentsPolicy%20Reports%20docsHarnessing%20the%20Power%20-%20FULLChapter2_Sp.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan#cite_note-0