Selasa, 06 Desember 2011

LARI SPRINT

 Pengertian Lari sprint
Lari cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400 meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter. Kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata adalah ‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi. Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) Start, (B) gerakan lari cepat, (C) Gerakan finish.
Teknik merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara
yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga (Thomson Peter J.L, 1993; 115). Menurut suharno (1983) yang dikutip Djoko Pekik Irianto (2002; 80) teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga. Teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan.
Jonath, Haag & Kremple (1987:20) menjelaskan bahwa kecepatan merupakan hasil kerja suatu massa. Di dalam dasar gerakan manusia, massa adalah tubuh atau salah satu anggota tubuh. Tenaga merupakan kekuatan otot yang digunakan seseorang menurut massa yang bergerak. Secara fisik, kecepatan didefinisikan sebagai jarak persatuan waktu. Sedangkan secara fisiologis, kecepatan diartikan sebagai kemampuan gerak, sistem proses syaraf atau perangkat otot untuk melakukan gerakan dalam satuan waktu tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat didefinisikan bahwa lari cepat adalah kemampuan tubuh untuk bergerak maju dengan kecepatan penuh.
a. Kecepatan Lari 100 Meter
Secara umum kecepatan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kecepatan umum dan kecepatan khusus (Bompa, 1983:249), adapun sebagai berikut:
1) Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan beberapa macam gerakan reaksi (reaksi motoric) dengan cara cepat. Persiapan fisik secara umum maupun khusus dapat diperbaiki kecepatan umum.
2) Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau ketrampilan pada kecepatan tertentu, biasanya sangat tinggi. Kecepatan khusus adalah khusus untuk tiap cabang olahraga dan sebagian tidak dapat ditranferkan. Kecepatan khusus hanya mungkin dikembangkan melalui metode khusus, namun demikian perlu dicarikan bentuk latihan alternatifnya. Seseorang tidak boleh berharap akan terjadi transfer yang positif, kecuali jika memperbaiki struktur gerakan yang mirip dengan pola keterampilanya.
Kecepatan menurut Jonath, Haag & Kremple (1987:20), kecepatan dilihat dari pembagian gerakan kecepatan dapat dibedakan menjadi 3 macam antara lain:
1) Kecepatan Siklis adalah produk yang dihitung dari frekuensi gerak (misalnya frekuensi langkah amplitude gerak, contohnya panjang langkah). Apabila gerkan siklis mulai dengan kecepatan 0 (nol) pada pembagian isyarat mulai, dan jika waktunya dihitung dari pembagian isyarat-isyarat misalnya pada lari cepat jarak pendek, maka dapat dibedakan faktor-faktor sebagai berikut: waktu reaksi (start), percepatan gerak pada meter-meter pertama, kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal, maupun stamina kecepatan.
2) Kecepatan Asiklis, kecepatan ini dibatasi oleh faktor yang mengenai kecepatan gerak masing-masing otot dan yang terletak dalam otot. Terutama tenaga statis ini dan kecepatan kontraksi yang menentukan cepatnya gerak. Kedua faktor tersebut selanjutnya tergantung pada viskositas dan tonus otot. Selain itu juga faktor-faktor luar memegang peranan, kerja antagonis otot dan pemelarannya sehubungan dengan itu, pangkal dan permulaan lagi otot tuas maupun massa yang digerakan (perbandingan beban-tenaga). Faktor-faktor yang membatasi prestasi adalah tenaga dinamis (gaya cepat) ukuran antropometri (perbandingan badan-tuas) dan massa (perbandingan beban-tenaga)
3) Kecepatan Dasar sebagai kecepatan maksimal yang dicapai dalam gerak siklis adalah produk maksimal yang dapat dicapai dari frekuensi gerakan amplitudo gerak. Ini tidak dapat dibedakan menurut kecepatan gerak maju dan kecepatan gerak. Maksimum kecepatan dasar pada wanita dicapai pada usia antara 17 dan 22 tahun, pada pria antara 19 dan 23 tahun. Faktor-faktor yang membatasi adalah: tenaga, vikositas, otot, kcepatan kontrasi, ukuran antropometris, koordinasi, stamina dan waktu reaksi pada permulaan lari (start).


b. Teknik Lari Cepat 100 Meter
Kecepatan lari cepat 100 meter dapat ditingkatkan melalui peningkatan efesiensi dalam penggunaan teknik yang ada. Penggunaan teknik yang baik dapat meningkatkan efesiensi gerakan sehingga kecepatan lari 100 meter dapat meningkat. Gerakan lari jarak pendek (sprint) merupakan gerakan mengais (pawing movement). Badan bergerak maju akibat dari gaya dorong ke belakang terhadap tanah. Gaya maju ini dan efisiensi penggunaannya merupakan kunci kecepatan yang dapat dikembangkan oleh pelari. Ada tiga teknik dasar dalam lari jarak pendek (sprint), yaitu:


1) Teknik Start
Start merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam lari cepat. Pelari harus dapat melakuakn start dengan reaksi cepat. Untuk itu pelari harus menggunakan teknik start yang efesien selain itu unsur yang tidak kalah penting dalam lari yaitu teknik gerakan lari cepat. Faktor utama yang menentukan kecepatan lari adalah panjang langkah dan frekuensi langkah. Pelari dapat mencapai prestasi jika frekuensi langkah larinya bertambah cepat dan panjang. Agar frekuensi langkahnya bertambah cepat, maka titik berat badan jatuh di depan telapak kaki, sehingga menimbulkan reaksi yang lebih cepat untuk bergerak ke depan.
Pada aba-aba starter “diatas sasaran,” atlet bergerak kedepan dan mengambil posisi dengan tangan tepat dibelakang garis start, kaki diatas blok start, dan lutut kaki belakang bersandar di tanah (Gambar 2.3). Pada aba-aba “siap”, atlet mengangkat lutut kaki belakang dari tanah, kemudian menaikkan pinggul dan menggeser pusat gravitasi kedepan (Gambar 2.3 [b]). Terakhir, ketika senjata ditembakkan, atlet mengangkat tangan dari lintasan, mengayunkan tangan dengan giat (satu kedepan dan satu kebelakang), dan dengan juluran kedua kaki yang kuat mendorong tubuh kedepan menjauh dari blok dan menuju langkah lari yang pertama (Gambar 2.3 [c] sampai [e]).

Gambar 2.3
Teknik Start Lari Sprint (Hay, 1993:403)
Ada tiga jenis pokok start yaitu, bunch start, medium start, dan long start. Perbedaan ketiga jenis tersebut terletak pada jarak longitudinal antar kaki yaitu, pada jarak antara ujung jari salah satu kaki dengan ujung jari kaki yang lain, seperti yang diukur pada arah lari. Pada bunch start, ujung jari kaki belakang diletakkan hampir sejajar dengan tumit kaki depan. Jarak antara ujung ke ujung jari adalah pada urutan 25-30. Pada medium start, lutut kaki belakang diletakkan sehingga berlawanan satu titik didepan bagian depan kaki depan saat atlet berada pada posisi “diatas tanda anda”. Penempatan semacam itu menghasilkan jarak dari ujung jari ke ujung jari antara 40 cm dan 55 cm. Long start yang jarang digunakan, lutut kaki belakang diletakkan sejajar dengan atau sedikit dibelakang tumit kaki depan, pada posisi “diatas tanda anda”. Jarak dari ujung ke ujung yang dihasilkan berada pada urutan 60-70 cm (Hay, 1993:403).
Tiap-tiap teknik start tersebut memiliki perbedaan, yang membedakan antara ketiga teknik tersebut adalah jarak antara posisi telapak kaki depan dengan belakang. Menurut Jonath, Haag & Krempel (1989:45) jarak antara posisi posisi tumit ke tumit adalah sebagai berikut, (a) pendek: 14-28 cm, (b) sedang: 35-42 cm, (c) panjang: 50-70 cm. Penggunaan teknik start jongkok dalam lari cepat dapat disesuaikan dengan postur tubuh dan panjang tungkai pelari. Pada setiap perlombaan lari cepat, untuk start biasanya digunakan start block. Pelari tinggal mengatur jarak antara block depan dengan belakang sesuai dengan teknik start jongkok mana yang akan digunakan.
2) Teknik Lari Cepat (Sprinting)
Gerakan dasar sprinting sangat penting bukan hanya dalam lintasan dan lapangan melainkan juga dalam beberapa olahraga lainnya. Walaupun kesuksesan dalam sprinting jelas tergantung kepada kemampuan seorang atlet untuk memadukan gerakan kaki, lengan, batang tubuh dan sebagainya, kedalam suatu keseluruhan yang terkoordinir secara lancar. Gerakan setiap anggota badan dalam lari 100 meter.
(a) Gerakan kaki.
Gerakan kaki saat lari adalah berulang-ulang (siklus). Setiap kaki secara bergiliran mendarat di tanah, lewat dibawah dan dibelakang tubuh, dan kemudian meninggalkan tanah untuk bergerak kedepan lagi siap untuk pendaratan berikutnya. Siklus ini dapat dibagi menjadi:
- Fase topangan yang dimulai saat kaki mendarat dan berakhir ketika pusat gravitasi atlet lewat didepannya.
- Fase gerakan yang dimulai ketika fase topangan berakhir dan berakhir saat kaki meninggalkan tanah.
- Fase pemulihan dimana kaki menjauh dari tanah dan dibawah kedepan mempersiapkan untuk pendaratan berikutnya (Hay, 1993:406).

(b) Lengan.
Fase gerakan kaki seorang atlet, pinggul diputar kebelakang dan kedepan pada sebuah bidang horizontal. Ketika lutut kiri dibawa kedepan dan keatas pada fase pemulihan dalam siklus kaki kiri, maka pinggul (yang dilihat dari atas) berputar searah jarum jam. Batas putaran arah jarum jam dicapai ketika lutut mencapai titik tertingginya didepan tubuh. Selanjutnya, ketika kaki kiri diturunkan kearah lintasan dan kaki kanan memulai gerakannya kedepan dan keatas, maka pinggul mulai berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Batas putaran pinggul yang berlawanan dengan jarum jam dicapai ketika lutut kanan mencapai titik tertingginya didepan tubuh.
Gerakan putaran pinggul menimbulkan reaksi berlawanan pada tubuh bagian atas atlet, karena, ketika lutut kiri atlet mengayun kedepan dan keatas, lengan kanan mengayun kedepan dan keatas dan lengan kiri kebelakang dan keatas untuk mengimbangi gerakan kaki ini. Selanjutnya, ketika kaki kiri diturunkan, dan kaki kanan mulai bergerak kedepan, gerakan lengan dibalik. Walaupun bahu juga dapat diputar untuk mengimbangi gerakan pinggul, putaran semacam itu harus relatif lambat. Untuk menghindari komplikasi yang mungkin diperkenalkan oleh kelambatan ini, sprinter yang baik menggunakan sebuah gerakan lengan dari jangkauan dan kekuatan tersebut sehingga tidak dibutuhkan kontribusi dari bahu untuk mencapai kesetaraan (keseimbangan) yang diperlukan antara gerakan pinggul dengan reaksi tubuh atas.
Pada gerakan lengan ini, lengan dijulurkan ke sudut kanan pada siku dan diayunkan kebelakang dan kedepan dan sedikit kedalam disekitar sumbu melalui bahu. Pada batas ayunan kedepan tangan berada setinggi bahu dan pada batas belakang sejajar dengan atau sedikit dibelakang pinggul (Hay, 1993:410)

(c) Tubuh
Pada fase topangan dan gerakan, atlet mengerahkan gaya vertikal dan horizontal terhadap tanah. Reaksi yang sama dan berlawanan yang ditimbulkan cenderung mempercepat atlet pada arah dimana mereka bergerak dan, apabila mereka tidak bergerak melalui pusat gravitasi, untuk mempercepat dirinya dengan sudut, dapat dilihat pada gambar-2.4.

Gambar 2.4
Kemiringan Tubuh Pelari (Hay, 1993:411)
Melakukan penyesuaian yang tepat pada kemiringan tubuh dan memodifikasi momen-momen yang terlibat, sprinter yang baik mengontrol putaran tubuh disekitar sumbu transversal (melintang). Ketika sprinter bergerak kedepan dan kebelakang kearah blok start, maka komponen horizontal dari gaya reaksi tanah sangat besar. Untuk mencegah efek putaran kebelakang dari gaya yang menjadi sangat dominan ini, sprinter miring kedepan, yang menjaga lengan reaksi horizontal tetap kecil dan lengan reaksi vertikal tetap besar. Pada langkah-langkah yang berurutan, kecepatan kedepan sprinter yang lebih besar membuatnya semakin sulit untuk mengerahkan gaya horizontal dengan ukuran yang sama seperti pada permulaan. Untuk mencegah kecenderungan putaran kedepan pada reaksi vertikal yang menjadi dominan dan mungkin menyebabkan sebuah sandungan, atlet mengangkat tubuh ketika gaya horizontal berkurang ukurannya.
Pada saat sprinter telah mencapai kecepatan tertinggi, maka gaya horizontal yang dikerahkan terhadap tanah telah berkurang pada titik dimana efek akselerasi yang dihasilkan hanya cukup untuk mengimbangi efek perlambatan dari resistensi udara. Kecenderungan putaran kebelakang dari kedua gaya tersebut juga telah berkurang dan kebutuhan akan kemiringan tubuh kedepan tidak ada lagi. Akan tetapi, masih ada suatu kebutuhan untuk melawan kecenderungan resistensi udara dan reaksi horizontal putaran kebelakang yang kecil. Jika hal ini tidak dilakukan, maka tubuh pada akhirnya akan berputar kepada posisi dimana atlet tidak dapat menerapkan gaya horizontal terhadap tanah yang diperlukan untuk mempertahankan kecepatan (Hay, 1993:412).

3) Teknik Finish
Unsur lari cepat yang tidak kalah pentingnya dengan teknik start dan teknik lari (gerakan sprint) adalah masuk finish. Keberhasilan memasuki garis finish sangat menentukan terhadap pencapaian prestasi dalam lari cepat. Hal ini terutama nampak pula saat terjadi persaingan yang sangat ketat, dimana dua orang pelari atau lebih memasuki garis finish dengan waktu yang bersamaan, maka yang lebih berpeluang menjadi juara tentunya adalah pelari yang lebih menguasai teknik memasuki garis finish.
Pada perlombaan lari penentuan kedatangan di garis finish berpedoman pada posisi batang tubuh bagian atas yaitu bahu atau dada. Saat memasuki garis finish pelari harus berusaha membawa togok (tubuh) yaitu bahu atau dada secepat mungkin untuk menyentuh pita finish, dengan cara merebahkan badan atau memutar bahu ke depan dalam. Menurut Soegito, Bambang W. & Ismaryati (1993:101) dalam lari jarak pendek (sprint) dikenal 3 teknik melewati garis finish yaitu:
(1) Berlari terus secepat mungkin, kalau mungkin bahkan menambah kecepatan seakan-akan garis finish masih 10 meter di belakang garis finish yang sesungguhnya.
(2) Setelah sampai ±1 meter di depan garis finish merebahkan badan kedepan seperti orang jatuh tersungkur tanpa mengurangi kecepatan.
(3) Setelah sampai digaris finish memutar bahu kanan atau kiri tanpa mengurangi kecepatan
Lari jarak pendek menuntut pengerahan kemampuan kekuatan dan kecepatan maksimal guna menempuh jarak dalam waktu sesingkat mungkin oleh karena itu, atlet harus memiliki start yang baik, mampu menambah kecepatan dan mempertahankan kecepatan maksimal untuk jarak yang tersisa. Lari jarak pendek membutuhkan reaksi yang cepat, akselarasi yang baik dan teknik yang efisien.
Keberhasilan pelari cepat 100 meter, terletak pada penggunaan tenaga maksimal untuk mendorong tubuh ke depan, tinggi lutut, dan penempatan kaki tepat di bawah titik berat tubuh. Kecepatan pelari jarak pendek, tergantung pada kemampuan atlet untuk mengkombinasikan gerakan langkah kaki, lengan atas, lengan bawah, telapak tangan, badan, dan lain-lain dalam satu kesatuan koordinasi.




sumber :
http://wengayo.blogspot.com,
file.upi.edu,
www.koni.or.id/

3 komentar:

Unknown mengatakan...

bagussss

Unknown mengatakan...

Bagaimana dengan sejarah penggunaan start jongkok. Apa mas punya gagasan?

Unknown mengatakan...

Bagaimana dengan sejarah penggunaan start jongkok. Apa mas punya gagasan?